Suara Gagak Musim Dingin - Mesin Cuci Malam Hari - Begitu Polos

Suara Gagak Musim Dingin


Suara gagak musim diangin 
masih aku dengar hingga kini
ketika pagi itu aku duduk 
di bangku taman berkabut.

Angin dingin dari ranting
 ke ranting pohonan 
mencfptakan nyanyian 
dengan bahasa yang lain.

Seekor gagak melintas
di atas kepala, berkuak-koak 
seperti membaca puisi kematian 
dengan bahasa yang lain.

"Ini musim dingin pertama 
aku hirup di kota ini," katamu 
sebelum gagak lain berkoak 
melintas di atas kepala



Mesin Cuci Malam Hari


Untung malam ini, listrik tak mati. Ia nyalakan mestn cuci. Ia masukkan sepasang pakaian 
kotor ke dalamnya yang harus dipakainya esok hari. Esok harus serbabersih, soalnya 
dipanggil bos. Dan Ms tidak suka pakaian kotor. "Untung malam ini listrik tak mati. Kalau 
mati, pastilah gawat," katanya, entah kepada siapa. Tiba-ttba pikiran gila masuk ke 
dalam benaknya. "Jika Yang Maha Bos memanggilmu saat ini, pakaian batin yang mana 
yang akan kau pakai?" Seketika itu jiwanya terguncang hebat oleh pikiran gila yang 
masuk ke dalam benaknya. Air matanya meleleh. "Tuhanku, tak ada yang sulit dari batinku, 
juga tubuhku!" isaknya. Ia menangis di pojok dapur yang fana malam itu. Ia gemetar di 
antara suara mesin cuci dan isak tangisnya, yang juga belum berhenti



Begitu Polos 


Mereka yang berjemur
di pantai itu, tidak membutuhkan
bungkus payudara yang bentuk 
dan ukurannya diiklankan di koran,
majalah, dan media elektronik. 
Mereka sungguh murni,
begitu polos bagai ribuan hewan
yang bebas dari pikiran dosa.
Tak takut dikejar dosa.
Matahari musim panas
mereka nikmati sesungguh hati. 
Dan kini iklan pembungkus 
payudara sunyi sendiri
dalam ruang komunikasi
yang membeku, membunuh
tafsir semiotik di kulas 
waktu. Waktu 
Ledakan-ledakan
aku dengar di ruang ini
yang bersumber dari arah 
bawah sana. 


Soni Farid Maulana, lahir 19 Februari 1962. Buku puisi yang ditulisnya, "Arus Pagi" (KKK, 2015) menerima anugerah Buku Puisi Terbaik dari Yayasan Puisi Indonesia 2015. Selain  itu dikenal pula sebagai penggagas sonian di laman Facebook. 

Referensi :
- Dikutip dari karya Soni Farid Maulana
- Telah dipublikasikan di Pikiran Rakyat Minggu, 30 April 2017
Previous
Next Post »