Ritual
mandi betangas jelang
pernikahan di daerah Jambi mulai warga tinggalkan. Padahal, itu dapat menghilangkan bau keringat dan aura negatif. Tradisi memandikan pengantin
laki-laki dalam tatanan
kebudayaan Melayu di
Jambi mulai tergerus zaman. Modernisasi sudah menjulur ke sendi-sendi kehidupan masyarakat. Namun,
masih ada sebagian
masyarakat adat yang tetap setia. Mereka menjaga dan melestarikan petuah leluhur hingga kini.
Salah satu tradisi yang mulai terlupakan, yaitu mandi betangas yang ada di Kota Jambi, Jambi.
Ada ritus dan takhayul yang tanpa disadari masih kuat. Ini bukti nyata sebuah
warisan leluhur masih bertahan di sana.
Sekarang
masih ada, tetapi tidak
semua orang mau menjalankan ritual ini. Mungkin
sudah modern sehingga sebagian warga memilih untuk berdandan di salon ketimbang
mandi di tengah malam. Meski
mengalami pergeseran, mandi betangas
masih terjaga, terutama fungsi dan makna filosofisnya. Hanya ada perubahan dalam hal penggunaan
media, terutama yang digunakan sebagai prosesi helatan adat itu.
Keberadaan mandi betangas atau kerap warga sebut sebagai 'mandi uap' menjadi penting. Ada hal yang kurang bila seorang calon
pengantin tidak mengikuti prosesi adiluhung itu. Tidak ada pantangan bagi yang tidak
menjalankannya. Namun,
ini warisan leluhur sehingga masih ada yang menjaga ritus ini. Era modern sekarang ini memang memberikan pengaruh yang kuat.
Warisan ini patut untuk diketahui generasi sekarang ini.
Meski sudah mulai jarang. namun, prosesi adat ini masih bisa kita temukan di Seberang Kota Jambi (Sekoja). Sebagian
.warga masih menjaga kearifan lokal. Mereka yang hendak melangsungkan acara
pernikahan, biasanya didahului dengan prosesi mandi di tengah malam. Kalau
zaman sekarang, ritual ini seperti mandi sauna. Ini memang unik karena
dilakukan di tengah malam.
Tradisi mandi betangas memiliki khasiat, yaitu untuk menghilangkan bau keringat
di tubuh calon pengantin pria. Pun menghilangkan energi-energi negatif yang ada
di dalam tubuh. Ini memang penting. Mengingat, bau keringat di ketiak biasanya selalu membuat orang
lain tidak nyaman.
Untuk mempersiapkan prosesi mandi betangas, pihak keluarga (baik laki-laki
maupun perempuan) harus
menyiapkan berbagai jenis rempah-rempah
sebagai bahan ramuan. Berbagai ramuan yang biasa digunakan, yaitu daun sariwangi, daun pandan, kembang
tujuh warna, jeruk purut, daun sirih, dan daun salam.
Semua
ramuan direbus di dalam kuali. Setelah mendidih, si laki-laki pun akan mulai
mengikuti ritual. Pada sesi inilah, si laki-laki akan menjadi 'raja sehari di
pelaminan'. Ia dimasukkan ke sebuah gulungan tikar berukuran 1 x 2 meter sambil
duduk santai di kursi kecil.
Gulungan
tikar paling atas ditutup dengan kain tebal. Ini untuk menjaga suhu panasnya.
Si lelaki harus duduk menghadap ke rebusan rempah-rempah yang sudah mendidih.
Pada sesi ini, si lelaki seolah-olah berada dalam sangkar. Keringat pun bercucuran
akibat uap dari dalam kuali. Setelah rebusan mulai dingin, barulah ia keluar
dari gulungan tikar. Semua badannya akan bermandi keringat. Ini memberikan
sebuah ketenangan dan kebersihan batiniah. Ada kesegaran di tubuh dan kecemerlangan
di wajah bagi yang percaya.
Prosesi
mandi betangas biasanya memakan waktu sekitar 1-2 jam. Ini membuat sekujur
tubuh basah karena uap panas dari racikan ramuan khasiat itu. Prosesi mandi ini
memberikan sugesti positif. Badan akan terasa segar saat bangun di pagi harinya
untuk menyongsong malam pertama dengan calon istri.
Di zaman
dahulu, warga selalu menggunakan tikar yang terbuat dari daun pandan. Namun,
daun pandan sudah jarang dijual di pasar. Hal itu membuat warga kerap menggantikannya
dengan tikar sintesis yang dijual di toko. Malahan, ada yang menggunakan jas
hujan untuk menahan uap. Jas hujan ternyata ampuh karena uap yang masuk lebih
bertahan lama.
Tradisi
mandi betangas menjadi hal mutlak. Tidak ada pantangan bagi calon pengantin
yang tidak menjalankan prosesi ini. Namun, warga percaya, lewat mandi betangas,
ada aura positif bagi calon pengantin.
Ada
filosofi dalam tradisi ini, yaitu agar tak layu batang (kemaluan) saat malam
pertama. Ini memang terdengar lucu, tetapi ini yang ada. Keberadaan adat patut
untuk dilestarikan. Sayang, di tengah modernisasi tidak sedikit warga yang
menggunakan jasa layanan salon kecantikan. Ini memang modern. Namun, bila kita
ingin melihat kearifan lokal, ada sensasi lewat mandi betangas. Ini warisan
leluhur yang terbukti ampuh.
Pemerhati
kebudayaan Jambi, BJ Rio Temenggung Tuo menilai tradisi dalam masyarakat adat
patut untuk dileslarikan. Ini berguna agar generasi muda memahami tentang
nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat adat.
Lewat
ritual mandi betangas, warga percaya ada hal-hal positif. Wajah semakin
cemerlang. Dan, tentunya penuh percaya diri saat memasuki malam pertama. Sudah
waktunya, generasi muda ikut menjaga tradisi adiluhung dari bumi 'Sepucuk Jambi
Sembilah Lurah' itu. [MI Minggu 19/04/2016]
1 comments:
Click here for commentsIndonesia memang sangat kaya dengan budaya, terutama budaya daerah. Kita sebagai anak bangsa harus mengenal dan melestarikannya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon